Al-Mutanabbi dilahirkan di
Kindah, Kufah, Irak pada tahun 303 H / 915 M dan wafat di Kindah, Kufah
pada tahun 354 H / 965 M. ia adalah penyair yang sangat terkenal pada
masanya. Nama lengkapnya adalah Abu Tayyib Ahmad bin Hussain bin Murrah
bin Abdul Jabbar al-Ju’ri al-Kindi al-Kufi. Nama al-Jufri diambil dari
nama kakeknya, Jufri bin Sa’ad, sementara sebutan al-kufi merujuk pada
kampung halaman dimana ia dilahirkan. Tapi ia kerap dikenal dengan nama
Abu Tayyib Al-mutanabbi, atau Al-Mutanabbi. Ayahnya, Husain bin Murrah,
adalah seorang petani. Tidak seperti kebanyakan ulama pada masanya,
Al-mutanabbi tidak menggunakan nama keluarga atau kabilah1.
Al-Mutanabbi
berasal dari keluarga yang sangat sederhana, namun perhatiannya pada
ilmu pengatahuan amat besar. Meski sederhana tak, jarang Al-Mutanabbi
dan ayahnya berkelana mengunjungi beberapa daerah diluar Bagdad.
Sayangnya, dia yang telah menunjukan minat besar pada ilmu pengetahun
dan tertarik pada dunia syair dan sastra sejak kecil ini ditinggal oleh
ibunya ketika memasuki usia remaja. Ia menikah sesudah tahun 938 dengan
seorang wanita asal Suriah.
Kehidupan lingkungan tempatnya
tempaknya berpengaruh pada kecendrungan dari Al-Mutanabbi. Sejak kecil
dia telah bergaul dengan banyak ulama, sastrawan dan penulis. Kesempatan
ini ia manfaatkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari mereka2.
Diceritakan bahwa suatu hari ia berada dirumah salah
seorang penulis. Lalu datanglah seorang ingin menjual sebuah buku nahu3
yang terdiri dari 30 halaman. Al- Mutanabbi mengambil buku itu dan
membuka halaman demi halaman sampai halaman terakhir. Karena bosan sang
pemilik itu berkata, “wahai pemuda, engkau telah menghalangiku untuk
menjual buku ini, dan sekiranya engkau ingin menghafalnya, maka tidak
mungkin melakukannya sekarang.” Mendengar ucapan itu al-Mutanabbi
menyatakan , “sekiranya aku dapat menghafal isinya, apa yang akan engkau
hadiahkan kepada saya?” laki-laki itu menjawab, “Aku akan memberi buku
itu padamu.” Penulis yang menjadi tuan rumah lalu memegang buku itu
dan membuka halaman sementara al-Mutanabbi membaca apa yang tertulis
dalam buku itu sampai selesai seluruhnya.
Nama Al-mutanabbi
sebenarnya bukan nama yang dipilihnya sendiri, tetapi diberikan orang
kepanya sejak muda. Banyak cerita yang mengungkapkan asal-usul nama ini.
Secara etimologi,Al- Mutanabbi artinya “orang yang mengaku dirinya
sebagai nabi”, tetapi menurut al-Khatib al-Bagdadi (1002-1071, ahli
sejarah) Abu Tayyib digelari Al-Mutanabbi karena mengaku berasal dari
keluarga Alawi Hasani (keturunan Ali Abi Talib dan Hasan bin Ali bin Abi
talib), kemudian mengaku sebagi nabi. Pengakuan ini dibuatnya ketika ia
tinggal di Kalb, satu tempat di Syam (Suriah). Tetapi setelah diteliti
pengakuan ini ternyata tidak benar4.
Cerita lain menyebutkan
bahwa pada suatu hari Al-Mutanabbi diminta untuk mengendarai unta liar
betina oleh Bani Adi5, salah satu kabilah di Suriah. Jika ia berhasil,
maka ia akan diakui sebagai nabi. Ternyata ia berhasil mengendarainya
dan membuat unta itu tenang seperti hewan jinak. Kejadian ini membuat
Bani Adi yakin bahwa Al-Mutanabbi mempunyai kekuatan tertentu yang sama
dengan nabi.
Diceritakan pula bahwa pada suatu hari ada orang
luka parah terkena pisau. Al-Mutanabbi meludahi lukanya dan menekan
lukanya dengan erat sehingga luka itu sembuh. Peristiwa ini membuat
kabilah ini makin yakin bahwa ia adalah nabi.
Cerita lain lagi
menyebutkan bahwa penyair ini pada suatu pernah mengaku sebagai nabi.
Pada waktu itu ia membaca 114 kalimat dari Al-qur’an dan memperlihatkan
kemukjizatannya dengan menahan hujan yang turun agar tidak membasahi
tempatnya berdiri. Hujan hanya turun disekelilingnya. Peristiwa ini
memperkuat bahwa ia seorang nabi.
Menurut Ibrahim al-Yajizi
( ahli bahasa dan sastra Arab ), cerita-cerita diatas tidak benar dan
tidak berdasar. Ibrahim al-Yajizi mengumpulkan Syair al-Mutanabbi dalam
sebuah buku yang berjudul Diwan al-Mutanabbi ( kumpulan Syair-syair
al-Mutanabbi). Ia menyatakan bahwa Abu Tayyib Ahmad digelari
al-Mutanabbi karena syair yang dilantunkan sangat membuat kagum para
pendengarnya. Bait-bait yang dituangkan dalam syairnya menyerupai
kalimat orang yang diberi mukjizat. Pernyataan ini diperkuat pula oleh
keterangan as-Sa’alibi (ahli bahasa Arab w. 1083) yang menyatakan bahwa
sejak kecil Abu Tayyib telah menampakkan kemampuannya yang besar. Ia
mampu mengungkapkan kata, ungkapan, dan syair yang sangat mengagumkan
para pendengarnya6.
Al-Mutanabbi memiliki banyak guru
diantara para gurunya adalah antara lain Al- Sukari, Naftawih, dan Ibnu
Nastawaih (dari kalangan ulama). Sementara dari kalangan ahli bahasa
dan sastra antara lain terdapat Muhammad bin Duraid, Abu Qasim Umar bin
Saif Al-Baghdadi, dan Abu Imran Musa, Bagi Al-Mutanabbi, menuntut ilmu
adalah kewajiban sejak dia dilahirkan.
Falsafah yang kerap
diucapkan para ulama itu, dipahaminya betul. Itu sebabnya naluri
berpetualang keberbagai Negara begitu besar guna menambah wawasan
pengetahuan. Tapi itu baru terealisasi ketika ia memasuki usia muda. Di
dalam negeri, dia diantara lain pernah berguru ke Kufah. Tetapi ketika
Kufah diserang oleh kaum Qaramithah yang mengakibatkan kekalahan kaum
pasukan Abbasiyyah, Al-Mutanabbi meninggalkan Kufah. Bersama sebagian
penduduk setempat, pada tahun 931 M, Al-Mutanabbi memutuskan hijrah
kembali ke Bagdad. Kisah inilah yang paling berkesan pada diri
Al-Mutanabbi dan dia menuangkannya dalan sajak7.
Periode dua
tahun di Bagdad, tampaknya membuat naluri tokoh ini kembali terusik. Pad
tahun 933 M dia memutuskan pindah ke Syria, juga dengan keperluan yang
sama, menuntut Ilmu. Selama 15 tahun di negeri ini Al-Mutanabbi banyak
menciptakan dan melantunkan syair-syair, khususnya syair pujian kepada
orang-orang terhormat, baik ulama maupun penguasa. Karena itulah
Al-Mutanabbi dikemudian hari dikenal sebagai sebagai tokoh dan penyair
panegryst8, penyair dengan sajak dan syair pujian. Tetapi di Syria pula,
Al-Mutanabbi memiliki pengalaman pahit9.
Gara-gara pada 935M,
dia dituduh mengaku sebagai nabi. Tuduhan inilah yang membawanya kepada
kehidupan penjara beberapa tahun lamanya. Namun demikian, baginya
penjara bukanlah akhir dari segalanya. Justru ditempat inilah, did kian
kreatif menulis dan mencipta sajak-sajak dan syair tentang berbagai
peristiwa kehidupan dan sanjungan. Sebanyak 44 kasidah ia tulis,
kebanyakan, kebanyakan berisi pujian. Dari karyanya itulan dan kelebihan
melantunkan dengan suara indah dai mendapatkan imbalan cukup. Lantaran
itu pula, masyarakat kerap menjuluki kasidahnya dengan al-qasaid
al-dinariyyah (kasidah yang banyak mendatangkan dinar atau uang).
Setelah
menghirup udara bebas, Al-Mutanabbi melanjutkan pengembaraan ke
Ramallah, Palestina. Seperti hanya Syiria, di negeri barunya ini pun
Al-Mutanabbi tetap produktif menciptakan karya-karya baru. Beberapa
karyanya bahkan membuat kagum kalangan penguasa setempat. Dari sinilah
dia banyak bergaul dan dekat dengan kalangan kerajaan. Bahkan ada
sultan, yakin Abdullah bin Hamdan, yang karena ketertarikannya pada
syair Al-Mutanabbi memberinya 1.000 dinar, jumlah yang amat besar pada
saat itu.
Meski demikian, banyak kalangan yang menilai
kehidupan Al-Mutanabbi tetap sederhana, malah ada yang mengatakan
miskin. Dia dekat dengan penguasa di negeri yang disinggahinya, namun
tidak menjamin kemakmuran hidupnya. Dia lebih mementingkan Ilmu. Karena
alasan inipula, dia pun tidak tertarik lama-lama di Palestina. Atas
pertimbangan yang matang, Al-Mutanabbi kemudian melanjutkan petualangan
di Mesir, negeri yang lama dia kenal karena peradaban dan banyaknya
ulama di negeri ini. Di Mesir ia bertemu dengan Abu Misk Kafur Al-Ikhyid
(memerintah 966-968).
Menurut pengakuannya, Al-Mutanabbi
sendiri tak begitu suka dengan penguasa Mesir ini, meski selama di
Negeri Lembah Nil ini dia sempat menulis sejak khusus pujian untuk sang
raja. Tapi secara keseluruhan, selama di Mesir dia menghasilkan Sembilan
kasidah dengan 370 bait syair.
Perjalanan keliling
Al-Mutanabbi menghabiskan waktu 30 tahun. Pada waktu itu ia kembali ke
Kufah, negeri Irak ketika itu sudah 16 tahun dibawah kekuasaan Bani
Buwaihi10. Di sini ia tinggal selama 3 tahun. Selama di Kufah ia tidak
hanya menjadi penyair, tetapi juga menjadi pasukan dengan berperang
melawan tentara Banu Kilab (dari Araia Selatan) yang menyerang Kufah.
Pada
tahun 963 ia meninggalkan Kufah menuju ke Bagdad. Di kota inilah ia
bertemu dengan al-Mahlabi (salah seorang menteri dalam pemerintahan
Mu’izz ad-Daulah, dari Bani Buwaihi) dan tinggal bersamanya selama 3
bulan. Setelah itu ia pergi ke Faris, satu kota di Iran dekat Teluk
Persia. Di kota ini ia diterima oleh Abu al-Fadl bin Amid (seorang
sastrawan besar) yang sebelumnya tidak senang kepadanya. Ia berada di
sini selama 2 tahun. Dari Faris ia menuju Syiraz, kota dekat Faris, dan
tinggal di sana selama 3 bulan. Kemudian ia ke Bagdad dan terus ke
Kufah, kampung halamannya. Tidak lama kemudian ia meninggal dunia dalam
usia 50 tahun11.
Al-Mutanabbi tidak meninggalkan karya tulis
mengenai syair-syair yang diucapkannya. Syair-syairnya hanya ditulis
oleh juru tulis para pembesar kerajaan yang disanjungnya dan kemudian
dihimpun dalam Diwan al-Mutanabbi12.
B. Syair-syair Al-Mutanabbi
Al-Mutanabbi
sebagai pujangga Arab yang sangat terkenal tentunya meninggalkan banyak
warisan sastra kepada generasinya saat ini. Banyak sekali syair-syair
yang telah Al-Mutanabbi ciptakan, dan semua syair yang Al-Mutanabbi
ciptakan membuat para pembacanya mengakui betapa tinggi bahasa yang
Al-Mutanabbi gunakan dalam setiap syair-syairnya.
Syair-syair
Arab Al-Mutanabbi sangat banyak sekali jenisnya. Sebagaimana kita
ketahuai bahwa syair ada yang ditujukan sebagai pujian (madh), ratapan
(risa), kebanggaan (mufakharah), kata mutiara (hikmah),pribahasa
(masal)13, dan masih banyak jenis-jenis syair yang Al-Mutanabbi telah
ciptakan.
Dalam pembahasan ini kami akan memberikan
contoh-contoh puisi Al-Mutanabbi dan membahasnya dari sisi Ilmu
Balaghah14, sebagaimana kita ketahui bahwa Ilmu Balaghah memiliki
pembahasan yang berkaitan dengan syair. Dibawah ini adalah beberapa
contoh syair-syairnya:
1) Syair pujian (madh) Abu Tayyib Al-Mutanabbi15 :
كا البدر من حيث التفت رأيته # يهدى إلى عينيك نورا ثاقبا
“Kapan saja anda memandang, maka anda akan melihatnya seperti bulan purnama yang menembus kegelapan”.
كا البحر يقذف للقريب جواهرا # جودا ويبعث للبعيد سحائبا
“Kemurahannya
bagaikan laut yang memberi intan kepada orang yang dekat dan
mengirimkan awan mengandung hujan kepada orang yang jauh”.
كا لشمس فى كبد السماءوضوؤها # يغشى البلاد مشارقاومغاربا
“Ia
bagaikan matahari yang menetap di jantung langit, namun sinarnya
menerangi seluruh penjuru dunia, baik belahan timur maupun belahan
barat”.
Dalam kesempatan berbeda Al-Mutanabbi memuju Saifud-Daulah dengan pujian sebgai berikut16:
أحبك ياشمس الزمان وبدره # وإن لامنى فيك السهاوالفراقد
“aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan jauh mencaciku karena menyukaimu”.
Al-Mutanabbi juga pernah memuji kafur dengan pujian17 :
إن فى ثوبك الذي المجد فيه # لضياءيزري بكل ضياء
“ Sesungguhnya dalam pakaianmu terdapat keagungan yang darinya terpanca sinar yang menyilaukan sinar-sinar lainnya”
2) Syair ratapan (risa) Al-Mutanabbi tentang kematian18:
وما الموت إلا سارق دق شخصه # يصول بلاكف ويسعى بلارجل
“kematian itu tiada lain bagaikan pencuri yang tidak terlihat jenisnya, mencabut tanpa telapak tangan dan berjalan tanpa kaki”.
3) Syair kebanggaan (mufakharah) Al-Mutanabbi :
فالخيل و الليل و البيداء تعرفني # والسيف و الرمح و القرطاس و القلم
“Penunggang kuda, malam, dan padang pasir mengenali diriku, demikian juga dengan pedang, lembing, kertas dan pena”.
C. Analisis Syair Al-Mutanabbi
1) Syair pujian
كا البدر من حيث التفت رأيته # يهدى إلى عينيك نورا ثاقبا
“Kapan saja anda memandang, maka anda akan melihatnya seperti bulan purnama yang menembus kegelapan”.
Syair
pada contoh pertama diatas (syair pujian) jika kita tinjau dari segi
Balaghah maka kita akan banyak menemukan perumpamaan-perumpamaan, atau
dalam balaghah kita kenal dengan Tasybih19. Dalam Balaghah Tasybih
memiliki empat unsur yaitu, Musyabah20,Musyabah bih21,adat tasybih22 dan
wajh syibeh23. Kedua unsure ( Musyabah dan Musyabah bih ) di sebut
Tharafait-tasybih.
Pada bait pertama kalimat pertama
yaitu pada kalimat “كا البدر... ” yang artinya “bagai rembulan”.
Al-mutanabbi meyerupakan orang yang ia puji bagaikan rembulan yang
menembus kegelapan karena cahanya yang lembut. Kita tahu bahwa cahaya
rembulan sangat indah dimalam hari, dengan cahaya itu orang yang berada
di kekegelapan dapat melihat kondisi di sekelilingnya. Sifat bulan yang
menyinari dan memberi petunjuk disamakan dengan sifat orang yang pintar
yang mengajarkan kepada orang yang bodoh. Dengan kepintarannya dia dapat
memberi cahaya atau petunjuk kepada orang yang bodoh. Huruf kaf pada
kalimat diatas dalam Balaghah di kenal sebagai adat tasybih, kata
al-badri disebut musyabah bih atau perumpamaannya sedangkan orang yang
diserupakan disebut musyabah. Dan kata an-nuran tsaqiyan adalah wajah
syibeh.
كا البحر يقذف للقريب جواهرا # جودا ويبعث للبعيد سحائبا
“Kemurahannya
bagaikan laut yang memberi intan kepada orang yang dekat dan
mengirimkan awan mengandung hujan kepada orang yang jauh”.
Bait
syair diatas mengandung makna Tasybih. Orang yang dipujinya
diumpamakan sebagai laut yang memberikan intan kepada orang yang dekat.
Dari ungkapan ini, Al-Mutanabbi menyifati orang yang dipuji seperti
laut karena kemurahan orang yang ia puji yang rela memberikan apa pun
kepada orang yang dekat kepadanya. Kita tahu apabila hubungan seseorang
dengan saudaranya sangat erat maka apa pun yang dimiliki akan diberikan
kepada saudaranya. Ini seperti sifat laut yang memberikan apa yang ada
didalamnya bagi para nelayan.
Lanjutan dari bait kedua ini
adalah “dan mengirimkan awan mengandung hujan kepada orang yang jauh”,
dalam kalimat ini Al-Mutanabbi mentasybihkan orang yang ia puji bagai
awan yang membawa hujan bagi orang yang jauh. Meskipun orang yang
Al-Mutanabbi puji jauh dari saudaranya namun karena kemurahannya ia
tetap memberikan apa yang dibutuhkan. Kita ketahui bersama peran laut
dalam proses terjadinya hujan sangat terlihat dari proses penyerapan air
laut yang diserap oleh matahari dan dikumpulkan menjadi
gumpalan-gumpalan awan kecil dan ketika awan itu berkumpul menjadi satu
karena tertiup angin maka terjadilah hujan. Hujan bagi para petani
adalah pemberian yang baik untuk tanaman-tanamannya, karena sifat hujan
yang dapat menyirami kebun petani. Dengan disirami air hujan maka
tanaman petani akan tumbuh subur.
Karena adanya kesamaan sifat
antara laut dan orang yang Al-Mutanabbi puji yaitu sama-sama memiliki
kemurahan dalam member maka kalimat ini mengandung unsur tasybih. Yang
menjadi Musyabah adalah orang yang ia puji, adat tasybihnya huruf kaf,
musyabah bih nya adalah bahr, dan wajh syibehnya adalah kemurahannya
dalam memberi.
كا لشمس فى كبد السماءوضوؤها # يغشى البلاد مشارقاومغاربا
“Ia
bagaikan matahari yang menetap di jantung langit, namun sinarnya
menerangi seluruh penjuru dunia, baik belahan timur maupun belahan
barat”.
Pada bait syair Al-Mutanabbi diatas ia menyifati
orang yang ia puji bagai matahari yang bersinar dan sinarnya menyinari
bagian bumi belahan timur dan barat. Yang menjadi musyabah adalah orang
yang ia puji, musyabah bih nya adalah Matahari, adat tasybihnya adalah
huruf kaf, dan wajh syibeh nya adalah dalam menyinari bumi.
أحبك ياشمس الزمان وبدره # وإن لامنى فيك السهاوالفراقد
“aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan jauh mencaciku karena menyukaimu”.
Syair
Al-Mutanabbi diatas ketika memuji Saifud-Daulah bukan merupakan Tasybih
karena hilangnya salah satu diantara tharafait-tasybih, syarat bisa
dikatakan Tasybih jika memiliki dua tharaf. Jika hilang salah satu
tharafnya maka di sebut Isti’arah24. Saifud-Daulah digambarkan dengan
matahari dan bulan karena sama-sama berkedudukan tinggi dan jelas.
Syair ini jika di kaji dari segi balaghah mengandung isti’arah .
Musyabah bih nya asy-syams. Karena tidak memiliki musyabah dan kata
benda(isim) yang di adikan isti’arah berupa isim jamid maka ini di
sebut isti’arah ashliyyah25.
إن فى ثوبك الذي المجد فيه # لضياءيزري بكل ضياء
“ Sesungguhnya dalam pakaianmu terdapat keagungan yang darinya terpanca sinar yang menyilaukan sinar-sinar lainnya”
Syair
pujian Al-Mutanabbi diatas kepada Kafur. Syair ini jika kita lihat
dari segi balaghah mengandung unsur Kinayah26. Al-Mutanabbi bermaksud
menetapkan keagungan bagi kafur. Namun, ia tidak mengungkapkan maksudnya
itu dengan ungkapan yang jelas, melainkan menetapkan keagungan pada
sesuatu yang berkaitan dengannya, yakni pakaiannya.
2) Syair ratapan Al-Mutanabbi:
وما الموت إلا سارق دق شخصه # يصول بلاكف ويسعى بلارجل
“kematian itu tiada lain bagaikan pencuri yang tidak terlihat jenisnya, mencabut tanpa telapak tangan dan berjalan tanpa kaki”.
Dari
bait syair diatas Al-Mutanabbi menggambarkan bahwa kematian itu laksana
pencuri yang tak pernah diketahui jenisnya. Syair diatas mengandung
unsur tasybih ghairu tamtsil27. Yang menjadi musyabah adalah al-maut
atau kematian, musyabah bih nya adalah kalimat سارق دق شخصه, wajh
syibehnya adalah tidak terlihat. Sifat kematian yang datang tiba-tiba
tanpa ada yang tahu kapan, dimana dan bagaimana kematian itu terjadi di
serupakan seperti pencuri yang tidak bisa diperkirakan kapan datangnya.
3) Syair Kebanggaan (mufakharah)
فالخيل و الليل و البيداء تعرفني # والسيف و الرمح و القرطاس و القلم
“Penunggang kuda, malam, dan padang pasir mengenali diriku, demikian juga dengan pedang, lembing, kertas dan pena”.
Dari
syair diatas Al-Mutanabbi mengungkapkan kebanggaannya tentang dirinya.
Ia menggambarkan kemasyhurannya yang sampai di kenal oleh kuda, malam,
padang pasir, pedang, lembing, kertas dan pena. Padahal hakikatnya
semua itu sama sekali tidak mengenal Al-Mutanabbi. Dalam balaghah ini
dikenal dengan istilah majaz28, yang mengungkapkan makna diluar makna
sebenarnya. Dan dalam bahasa Indonesia majaz ini disebut majas
personifikasi29.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/nahwu-shorof-balaghoh-ushul-fiqh-manthiq-dll/biografi-al-mutanabbi/459300014151540
Terimakasih, artikel yang sangat mengagumkan jazaakillah khairal jazaa 😊
BalasHapusMa sya Allah tabaarakallah...
BalasHapusHow to use bet365 bonus code SPRT365 in 2021 - DrmCD
BalasHapusWhat's the 아산 출장마사지 best promotion for 여수 출장안마 new users? Get the 계룡 출장샵 latest Bet365 Bonus 용인 출장마사지 code, SPRT365 in 2021. Get the best 진주 출장샵 bonus here.