Senin, 02 November 2015

Mengenal Al-Mutanabbi

Al-Mutanabbi dilahirkan di Kindah, Kufah, Irak pada tahun 303 H / 915 M dan wafat di  Kindah, Kufah pada tahun 354 H / 965 M. ia adalah penyair yang sangat terkenal pada masanya. Nama lengkapnya adalah Abu Tayyib Ahmad bin Hussain bin Murrah bin Abdul Jabbar al-Ju’ri al-Kindi al-Kufi. Nama al-Jufri diambil dari nama kakeknya, Jufri bin Sa’ad, sementara sebutan al-kufi merujuk pada kampung halaman dimana ia dilahirkan. Tapi ia kerap dikenal dengan nama Abu Tayyib  Al-mutanabbi, atau Al-Mutanabbi. Ayahnya, Husain bin Murrah, adalah seorang petani. Tidak seperti kebanyakan ulama pada masanya, Al-mutanabbi tidak menggunakan nama keluarga atau kabilah1.
Al-Mutanabbi berasal dari keluarga yang sangat sederhana, namun perhatiannya pada ilmu pengatahuan amat besar. Meski sederhana tak, jarang Al-Mutanabbi dan ayahnya berkelana mengunjungi beberapa daerah diluar Bagdad. Sayangnya, dia yang telah menunjukan minat besar pada ilmu pengetahun dan tertarik pada dunia syair dan sastra sejak kecil ini ditinggal oleh ibunya ketika memasuki usia remaja. Ia menikah sesudah tahun 938 dengan seorang wanita asal Suriah.
 
Kehidupan lingkungan tempatnya tempaknya berpengaruh pada kecendrungan dari Al-Mutanabbi. Sejak kecil dia telah bergaul dengan banyak ulama, sastrawan dan penulis. Kesempatan ini ia manfaatkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari mereka2.     
Diceritakan bahwa suatu hari ia berada dirumah salah seorang penulis. Lalu datanglah seorang ingin menjual sebuah buku nahu3 yang terdiri dari 30 halaman. Al- Mutanabbi mengambil buku itu dan membuka halaman demi halaman sampai halaman terakhir. Karena bosan sang pemilik itu berkata, “wahai pemuda, engkau telah menghalangiku untuk menjual buku ini, dan sekiranya engkau ingin menghafalnya, maka tidak mungkin melakukannya sekarang.” Mendengar ucapan itu al-Mutanabbi menyatakan , “sekiranya aku dapat menghafal isinya, apa yang akan engkau hadiahkan kepada saya?” laki-laki itu menjawab, “Aku akan memberi buku itu padamu.”  Penulis yang menjadi tuan rumah lalu memegang buku itu  dan membuka halaman sementara al-Mutanabbi membaca apa yang tertulis dalam buku itu sampai selesai seluruhnya.   
Nama Al-mutanabbi sebenarnya bukan nama yang dipilihnya sendiri, tetapi diberikan orang kepanya sejak muda. Banyak cerita yang mengungkapkan asal-usul nama ini. Secara etimologi,Al- Mutanabbi artinya “orang yang mengaku dirinya sebagai nabi”, tetapi menurut al-Khatib al-Bagdadi (1002-1071, ahli sejarah) Abu Tayyib digelari Al-Mutanabbi karena mengaku berasal dari keluarga Alawi Hasani (keturunan Ali Abi Talib dan Hasan bin Ali bin Abi talib), kemudian mengaku sebagi nabi. Pengakuan ini dibuatnya ketika ia tinggal di Kalb, satu tempat di Syam (Suriah). Tetapi setelah diteliti pengakuan ini ternyata tidak benar4.
Cerita lain menyebutkan bahwa pada suatu hari Al-Mutanabbi diminta untuk mengendarai unta liar betina oleh Bani Adi5, salah satu kabilah di Suriah. Jika ia berhasil, maka ia akan diakui sebagai nabi. Ternyata ia berhasil mengendarainya dan membuat unta itu tenang seperti hewan jinak. Kejadian ini membuat Bani Adi yakin bahwa Al-Mutanabbi mempunyai kekuatan tertentu yang sama dengan nabi.
Diceritakan pula bahwa pada suatu hari ada orang luka parah terkena pisau. Al-Mutanabbi meludahi lukanya dan  menekan lukanya dengan erat sehingga luka itu sembuh. Peristiwa ini membuat kabilah ini makin yakin bahwa ia adalah nabi.
Cerita lain lagi menyebutkan bahwa penyair ini pada suatu pernah mengaku sebagai nabi. Pada waktu itu ia membaca 114 kalimat dari Al-qur’an dan memperlihatkan kemukjizatannya dengan menahan hujan yang turun agar tidak membasahi tempatnya berdiri. Hujan hanya turun disekelilingnya. Peristiwa ini memperkuat bahwa ia seorang nabi.   
Menurut Ibrahim al-Yajizi ( ahli bahasa dan sastra Arab ), cerita-cerita diatas tidak benar dan tidak berdasar. Ibrahim al-Yajizi mengumpulkan Syair al-Mutanabbi dalam sebuah buku yang berjudul Diwan al-Mutanabbi ( kumpulan Syair-syair al-Mutanabbi). Ia menyatakan bahwa Abu Tayyib Ahmad digelari al-Mutanabbi karena syair yang dilantunkan sangat membuat kagum para pendengarnya. Bait-bait yang dituangkan dalam syairnya menyerupai kalimat orang yang diberi mukjizat. Pernyataan ini diperkuat pula oleh keterangan as-Sa’alibi (ahli bahasa Arab w. 1083) yang menyatakan bahwa sejak kecil Abu Tayyib telah menampakkan kemampuannya yang besar. Ia mampu mengungkapkan kata, ungkapan, dan syair yang sangat mengagumkan para pendengarnya6.     
Al-Mutanabbi memiliki banyak guru diantara para gurunya adalah antara lain Al- Sukari, Naftawih, dan Ibnu Nastawaih  (dari kalangan ulama). Sementara dari kalangan ahli bahasa dan sastra antara lain terdapat Muhammad bin Duraid, Abu Qasim Umar bin Saif Al-Baghdadi, dan Abu Imran Musa, Bagi Al-Mutanabbi, menuntut ilmu adalah kewajiban sejak dia dilahirkan.
Falsafah yang kerap diucapkan para ulama itu, dipahaminya betul. Itu sebabnya naluri berpetualang keberbagai Negara begitu besar guna menambah wawasan pengetahuan. Tapi itu baru terealisasi ketika ia memasuki usia muda. Di dalam negeri, dia diantara lain pernah berguru ke Kufah. Tetapi ketika Kufah diserang oleh kaum Qaramithah  yang mengakibatkan kekalahan kaum pasukan Abbasiyyah, Al-Mutanabbi meninggalkan Kufah. Bersama sebagian penduduk setempat, pada tahun 931 M, Al-Mutanabbi memutuskan hijrah kembali ke Bagdad. Kisah inilah yang paling berkesan pada diri Al-Mutanabbi dan dia menuangkannya dalan sajak7.
Periode dua tahun di Bagdad, tampaknya membuat naluri tokoh ini kembali terusik. Pad tahun 933 M dia memutuskan pindah ke Syria, juga dengan keperluan yang sama, menuntut Ilmu. Selama 15 tahun di negeri ini Al-Mutanabbi banyak menciptakan dan melantunkan syair-syair, khususnya syair pujian kepada orang-orang terhormat, baik ulama maupun penguasa. Karena itulah Al-Mutanabbi dikemudian hari dikenal sebagai sebagai tokoh dan penyair panegryst8, penyair dengan sajak dan syair pujian. Tetapi di Syria pula, Al-Mutanabbi memiliki pengalaman pahit9.
Gara-gara pada 935M, dia dituduh mengaku sebagai nabi. Tuduhan inilah yang membawanya kepada kehidupan penjara beberapa tahun lamanya. Namun demikian, baginya penjara bukanlah akhir dari segalanya. Justru ditempat inilah, did kian kreatif menulis dan mencipta sajak-sajak dan syair tentang berbagai peristiwa kehidupan dan sanjungan. Sebanyak 44 kasidah ia tulis, kebanyakan, kebanyakan berisi pujian. Dari karyanya itulan dan kelebihan melantunkan dengan suara indah dai mendapatkan imbalan cukup. Lantaran itu pula, masyarakat kerap menjuluki kasidahnya dengan al-qasaid al-dinariyyah (kasidah yang banyak mendatangkan dinar atau uang).
Setelah menghirup udara bebas, Al-Mutanabbi melanjutkan pengembaraan ke Ramallah, Palestina. Seperti hanya Syiria, di negeri barunya ini pun Al-Mutanabbi tetap produktif menciptakan karya-karya baru. Beberapa karyanya bahkan membuat kagum kalangan penguasa setempat. Dari sinilah dia banyak bergaul dan dekat dengan kalangan kerajaan. Bahkan ada sultan, yakin Abdullah bin Hamdan, yang karena ketertarikannya pada syair Al-Mutanabbi memberinya 1.000 dinar, jumlah yang amat besar pada saat itu.
Meski demikian, banyak kalangan yang menilai kehidupan Al-Mutanabbi tetap sederhana, malah ada yang mengatakan miskin. Dia dekat dengan penguasa di negeri yang disinggahinya, namun tidak menjamin kemakmuran hidupnya. Dia lebih mementingkan Ilmu. Karena alasan inipula, dia pun tidak tertarik lama-lama di Palestina. Atas pertimbangan yang matang, Al-Mutanabbi kemudian melanjutkan petualangan di Mesir, negeri yang lama dia kenal karena peradaban dan banyaknya ulama di negeri ini. Di Mesir ia bertemu dengan Abu Misk Kafur Al-Ikhyid (memerintah 966-968).
Menurut pengakuannya, Al-Mutanabbi sendiri tak begitu suka dengan penguasa Mesir ini, meski selama di Negeri Lembah Nil ini dia sempat menulis sejak khusus pujian untuk sang raja. Tapi secara keseluruhan, selama di Mesir dia menghasilkan Sembilan kasidah dengan 370 bait syair.
Perjalanan keliling Al-Mutanabbi menghabiskan waktu 30 tahun. Pada waktu itu ia kembali ke Kufah, negeri Irak ketika itu sudah 16 tahun dibawah kekuasaan Bani Buwaihi10. Di sini ia tinggal selama 3 tahun. Selama di Kufah ia tidak hanya menjadi penyair, tetapi juga menjadi pasukan dengan berperang melawan tentara Banu Kilab (dari Araia Selatan) yang menyerang Kufah.
Pada tahun 963 ia meninggalkan Kufah menuju ke Bagdad. Di kota inilah ia bertemu dengan al-Mahlabi (salah seorang menteri dalam pemerintahan Mu’izz ad-Daulah, dari Bani Buwaihi) dan tinggal bersamanya selama 3 bulan. Setelah itu ia pergi ke Faris, satu kota di Iran dekat Teluk Persia. Di kota ini ia diterima oleh Abu al-Fadl bin Amid (seorang sastrawan besar) yang sebelumnya tidak senang kepadanya. Ia berada di sini selama 2 tahun. Dari Faris ia menuju Syiraz, kota dekat Faris, dan tinggal di sana selama 3 bulan. Kemudian ia ke Bagdad dan terus ke Kufah, kampung halamannya. Tidak lama kemudian ia meninggal dunia dalam usia 50 tahun11.
 Al-Mutanabbi tidak meninggalkan karya tulis mengenai syair-syair yang diucapkannya. Syair-syairnya hanya ditulis oleh juru tulis para pembesar kerajaan yang disanjungnya dan kemudian dihimpun dalam Diwan al-Mutanabbi12.
B. Syair-syair Al-Mutanabbi
Al-Mutanabbi sebagai pujangga Arab yang sangat terkenal tentunya meninggalkan banyak warisan sastra kepada generasinya saat ini. Banyak sekali syair-syair yang telah Al-Mutanabbi ciptakan, dan semua syair yang Al-Mutanabbi ciptakan membuat para pembacanya mengakui betapa tinggi bahasa yang Al-Mutanabbi gunakan dalam setiap syair-syairnya.
Syair-syair Arab Al-Mutanabbi sangat  banyak sekali jenisnya. Sebagaimana kita ketahuai bahwa syair ada yang ditujukan sebagai pujian (madh), ratapan (risa), kebanggaan (mufakharah), kata mutiara (hikmah),pribahasa (masal)13, dan masih banyak jenis-jenis syair yang Al-Mutanabbi telah ciptakan.
Dalam pembahasan ini kami akan memberikan contoh-contoh puisi Al-Mutanabbi dan membahasnya dari sisi Ilmu Balaghah14, sebagaimana kita ketahui bahwa Ilmu Balaghah memiliki pembahasan yang berkaitan dengan syair. Dibawah ini adalah beberapa contoh syair-syairnya:
1) Syair pujian (madh) Abu Tayyib Al-Mutanabbi15 :
كا البدر من حيث التفت رأيته # يهدى إلى عينيك نورا ثاقبا
“Kapan saja anda memandang, maka anda akan melihatnya seperti bulan purnama yang menembus kegelapan”.
كا البحر يقذف للقريب جواهرا # جودا ويبعث للبعيد سحائبا
“Kemurahannya bagaikan laut yang memberi intan kepada orang yang dekat dan mengirimkan awan mengandung hujan kepada orang yang jauh”.
كا لشمس فى كبد السماءوضوؤها # يغشى البلاد مشارقاومغاربا
“Ia bagaikan matahari yang menetap di jantung langit, namun sinarnya menerangi seluruh penjuru dunia, baik belahan timur maupun belahan barat”.
Dalam kesempatan berbeda Al-Mutanabbi memuju Saifud-Daulah dengan pujian sebgai berikut16:
أحبك ياشمس الزمان وبدره # وإن لامنى فيك السهاوالفراقد
“aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan jauh mencaciku karena menyukaimu”.
Al-Mutanabbi juga pernah memuji kafur dengan pujian17 :
 إن فى ثوبك الذي المجد فيه # لضياءيزري بكل ضياء
“ Sesungguhnya dalam pakaianmu terdapat keagungan yang darinya terpanca sinar yang menyilaukan sinar-sinar lainnya”
2) Syair ratapan (risa) Al-Mutanabbi tentang kematian18:
وما الموت إلا سارق دق شخصه # يصول بلاكف ويسعى بلارجل
“kematian itu tiada lain bagaikan pencuri yang tidak terlihat jenisnya, mencabut tanpa telapak tangan dan berjalan tanpa kaki”.
3) Syair kebanggaan (mufakharah) Al-Mutanabbi :
 فالخيل و الليل و البيداء تعرفني # والسيف و الرمح و القرطاس و القلم
“Penunggang kuda, malam, dan padang pasir mengenali diriku, demikian juga dengan pedang,  lembing, kertas dan pena”.
C. Analisis Syair Al-Mutanabbi
1) Syair pujian
كا البدر من حيث التفت رأيته # يهدى إلى عينيك نورا ثاقبا
“Kapan saja anda memandang, maka anda akan melihatnya seperti bulan purnama yang menembus kegelapan”.
Syair pada contoh pertama diatas (syair pujian) jika kita tinjau dari segi Balaghah maka kita akan banyak menemukan perumpamaan-perumpamaan, atau dalam balaghah kita kenal dengan Tasybih19. Dalam Balaghah Tasybih memiliki empat unsur yaitu, Musyabah20,Musyabah bih21,adat tasybih22 dan wajh syibeh23. Kedua  unsure ( Musyabah dan Musyabah bih ) di sebut Tharafait-tasybih.
 Pada bait pertama kalimat pertama  yaitu  pada kalimat “كا البدر... ” yang artinya “bagai rembulan”. Al-mutanabbi  meyerupakan orang yang ia puji bagaikan rembulan yang menembus kegelapan karena cahanya yang lembut. Kita tahu bahwa cahaya rembulan sangat indah dimalam hari, dengan cahaya itu orang yang berada di kekegelapan dapat melihat kondisi di sekelilingnya. Sifat bulan yang menyinari dan memberi petunjuk disamakan dengan sifat orang yang pintar yang mengajarkan kepada orang yang bodoh. Dengan kepintarannya dia dapat memberi  cahaya atau petunjuk kepada orang yang bodoh. Huruf  kaf pada kalimat diatas dalam Balaghah di kenal sebagai adat tasybih,  kata al-badri disebut musyabah bih atau perumpamaannya sedangkan orang yang diserupakan disebut musyabah. Dan kata an-nuran tsaqiyan  adalah wajah syibeh.  
كا البحر يقذف للقريب جواهرا # جودا ويبعث للبعيد سحائبا
“Kemurahannya bagaikan laut yang memberi intan kepada orang yang dekat dan mengirimkan awan mengandung hujan kepada orang yang jauh”.
Bait syair diatas mengandung makna Tasybih. Orang  yang dipujinya diumpamakan sebagai laut yang memberikan intan kepada orang yang dekat. Dari ungkapan ini,  Al-Mutanabbi menyifati orang  yang dipuji seperti laut karena kemurahan orang yang ia puji yang rela memberikan apa pun kepada orang yang dekat kepadanya. Kita tahu apabila hubungan seseorang dengan saudaranya sangat erat maka apa pun yang dimiliki akan diberikan kepada saudaranya. Ini seperti sifat laut yang memberikan apa yang ada didalamnya bagi para nelayan.
Lanjutan dari bait kedua ini adalah “dan mengirimkan awan mengandung hujan kepada orang yang jauh”, dalam kalimat ini Al-Mutanabbi mentasybihkan orang yang ia puji bagai awan yang membawa hujan bagi orang yang jauh. Meskipun  orang yang Al-Mutanabbi puji jauh dari saudaranya  namun karena kemurahannya ia tetap memberikan apa yang dibutuhkan. Kita ketahui bersama   peran laut dalam proses terjadinya hujan sangat terlihat dari proses penyerapan air laut yang diserap oleh matahari dan dikumpulkan menjadi gumpalan-gumpalan awan kecil dan ketika awan itu berkumpul menjadi satu karena tertiup angin maka terjadilah hujan. Hujan bagi para petani adalah pemberian yang baik untuk tanaman-tanamannya, karena sifat hujan  yang dapat menyirami kebun petani. Dengan disirami air hujan maka tanaman petani akan tumbuh subur.
Karena adanya kesamaan sifat antara laut dan orang yang Al-Mutanabbi puji  yaitu sama-sama memiliki kemurahan dalam member maka kalimat ini mengandung unsur tasybih. Yang menjadi  Musyabah adalah orang yang  ia puji, adat tasybihnya huruf kaf, musyabah bih nya adalah bahr, dan  wajh syibehnya adalah kemurahannya dalam memberi.
كا لشمس فى كبد السماءوضوؤها # يغشى البلاد مشارقاومغاربا
“Ia bagaikan matahari yang menetap di jantung langit, namun sinarnya menerangi seluruh penjuru dunia, baik belahan timur maupun belahan barat”.
Pada bait syair Al-Mutanabbi diatas  ia menyifati orang yang ia puji bagai matahari yang bersinar dan sinarnya menyinari bagian bumi belahan timur dan barat. Yang menjadi musyabah  adalah orang yang ia puji, musyabah bih nya adalah Matahari, adat tasybihnya adalah huruf kaf, dan wajh syibeh  nya adalah dalam menyinari bumi.
أحبك ياشمس الزمان وبدره # وإن لامنى فيك السهاوالفراقد
“aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan jauh mencaciku karena menyukaimu”.
Syair Al-Mutanabbi diatas ketika memuji Saifud-Daulah bukan merupakan Tasybih karena hilangnya salah satu diantara tharafait-tasybih, syarat  bisa dikatakan Tasybih jika memiliki dua tharaf. Jika hilang salah satu tharafnya maka di sebut Isti’arah24. Saifud-Daulah digambarkan  dengan matahari dan bulan karena sama-sama berkedudukan tinggi dan jelas.  Syair ini jika di kaji dari segi balaghah mengandung isti’arah . Musyabah  bih nya asy-syams. Karena tidak memiliki musyabah dan kata benda(isim) yang di adikan isti’arah berupa isim jamid  maka ini di sebut isti’arah ashliyyah25.  
إن فى ثوبك الذي المجد فيه #  لضياءيزري بكل ضياء
“ Sesungguhnya dalam pakaianmu terdapat keagungan yang darinya terpanca sinar yang menyilaukan sinar-sinar lainnya”
Syair  pujian Al-Mutanabbi diatas  kepada Kafur. Syair ini jika kita lihat dari segi balaghah mengandung unsur Kinayah26. Al-Mutanabbi bermaksud menetapkan keagungan bagi kafur. Namun, ia tidak mengungkapkan maksudnya itu dengan ungkapan yang jelas, melainkan  menetapkan keagungan pada sesuatu yang berkaitan dengannya, yakni pakaiannya.  
2) Syair ratapan Al-Mutanabbi:
وما الموت إلا سارق دق شخصه #  يصول بلاكف ويسعى بلارجل
“kematian itu tiada lain bagaikan pencuri yang tidak terlihat jenisnya, mencabut tanpa telapak tangan dan berjalan tanpa kaki”.
Dari bait syair diatas Al-Mutanabbi menggambarkan bahwa kematian itu laksana pencuri yang tak pernah diketahui jenisnya. Syair diatas mengandung unsur tasybih ghairu tamtsil27. Yang menjadi musyabah adalah al-maut atau kematian, musyabah bih nya adalah kalimat سارق دق شخصه, wajh syibehnya adalah tidak terlihat. Sifat kematian yang datang tiba-tiba tanpa ada yang tahu kapan, dimana dan bagaimana kematian itu terjadi di serupakan seperti pencuri yang tidak bisa diperkirakan kapan datangnya.
3) Syair Kebanggaan (mufakharah)
 فالخيل و الليل و البيداء تعرفني # والسيف و الرمح و القرطاس و القلم
“Penunggang kuda, malam, dan padang pasir mengenali diriku, demikian juga dengan pedang,  lembing, kertas dan pena”.
Dari syair diatas Al-Mutanabbi mengungkapkan kebanggaannya tentang dirinya. Ia menggambarkan  kemasyhurannya yang sampai di kenal oleh kuda, malam, padang pasir, pedang, lembing, kertas dan pena. Padahal   hakikatnya semua itu sama sekali tidak mengenal Al-Mutanabbi. Dalam balaghah ini dikenal dengan istilah majaz28, yang mengungkapkan makna diluar makna sebenarnya. Dan dalam bahasa Indonesia majaz ini disebut majas personifikasi29.

Sumber: https://www.facebook.com/notes/nahwu-shorof-balaghoh-ushul-fiqh-manthiq-dll/biografi-al-mutanabbi/459300014151540

3 komentar:

  1. Terimakasih, artikel yang sangat mengagumkan jazaakillah khairal jazaa 😊

    BalasHapus
  2. Ma sya Allah tabaarakallah...

    BalasHapus
  3. How to use bet365 bonus code SPRT365 in 2021 - DrmCD
    What's the 아산 출장마사지 best promotion for 여수 출장안마 new users? Get the 계룡 출장샵 latest Bet365 Bonus 용인 출장마사지 code, SPRT365 in 2021. Get the best 진주 출장샵 bonus here.

    BalasHapus